Seperti Firaun yang mabuk dengan Kekuasaannya. Karena merasa paling berkuasa paling hebat bahkan merasa sebagai "Tuhan" Yang bisa mematikan orang dengan titah dan perintahnya. Firaun lupa dulu dia tidak ada, kemudian Tuhan Sang Pencipta Alam dan diri nya, menghidupkan nya, kemudian sejarah mencatat Allah mematikan Firaun dengan menenggelamkannya di laut Merah bersama kekuasaan dan kedzolimannya.
Seperti Qorun yang mabuk dengan kekayaannya. Karena merasa satu miligram dinar emas yg ia punya, satu jengkal tanah yang ia miliki adalah semata-mata karena usaha dan ilmunya, bukan karena anugerah Tuhan Yang Maha Memberi Rizki. Ia lupa, ia mabuk dengan hartanya yang berlimpah sehingga ketika ada utusan nabi Musa untuk meminta Zakat, ia abaikan perintah Nabi dan perintah Allah, seraya berkata dengan sombongnya bahwa hartanya yg ia miliki sebanyak ini semata-mata karena ilmunya dan karena kerja kerasnya.
Karena mabuknya ia lupa daratan bahwa dulunya ia miskin , tidak punya apa-apa. Ia lupa bahwa ketika lahir pun ia tak membawa apa-apa, tanpa sehelai benangpu Bahkan ketika meninggalpun tak akan ada dinar, kebun tanah, kendaraan, properti dan perhiasan yang akan dia bawa mati Kecuali amal shaleh.
Sejarah mencatat, bila tanpa Syukur dan Sabar yang melekat kuat didalam hati. Ketika berada di puncak, maka banyak yg akan mabuk sehingga tergelincir. Bahkan terkubur bersama dengan apa-apa yang ia sombongkan.
Ada yang merasa sebagai Tuhan karena luasnya dan besarnya kekuasaan dan kewenangan yg ia miliki. Tanpa sabar dan syukur Makin besar kekuasaannya makin banyak kekayaannya, maka akan makin sewenang menindas dan dzolim pada rakyat yg dipimpinnya dan pada sesama umat manusia.
Ada yangg merasa setiap harta yangg ia kumpulkan adalah semata-mata karena ilmu dan kerja kerasnya, bukan karena nikmat dan Anugerah dari Sang Pencipta
Makin "mabuk" Makin sewenang-wenang, dzolim dan sombong. Tinggal menunggu waktu saja Allah akan tenggelamkan bersama dengan apa apa yang dimabukkannya. Sejarah akan berulang dengan waktu dan ruang yang berbeda tetapi dengan kondisi yang sama. Supaya kita bisa mengambil ibrah, pelajaran dan hikmah didalamnya
Bukankah untuk merasakan sakitnya terjatuh dari puncak yang tinggi atau dari atas jurang, tidak harus mencoba dan merasakan sendiri baru kita percaya? Bukankah kita bisa belajar dari cerita dan pengalaman para pendahulu?
Historia Vitae Magistra. Sejarah adalah guru kehidupan. Begitu wejangan, nasehat, value dan ilmu dari guru saya bu Yuni Septiani
Stamsul Hadi
CEO BPRS Muamalah
Comments
Post a Comment